Biografi Dan Sekilas tentang sosok Buya Hamka Ulama Karismatik

Buya Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, dan politisi yang lahir di Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia pada tahun 1908 dan meninggal pada tahun 1981. Ia dikenal sebagai tokoh Islam yang sangat dihormati dan juga penulis yang produktif. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain “Tafsir Al-Azhar”, “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, dan “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”. Ia juga pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, badan legislatif Indonesia pada masa itu. Buya Hamka adalah salah satu tokoh intelektual dan agama yang penting dalam sejarah Indonesia.

 

Buya Hamka, atau nama aslinya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, lahir di Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat, pada 17 Februari 1908. Ia tumbuh dalam keluarga yang taat beragama Islam, ayahnya sendiri adalah seorang ulama. Buya Hamka mulai belajar agama Islam sejak usia dini dan pada usia 7 tahun, ia sudah hafal Al-Quran.

Pada tahun 1924, Buya Hamka pergi ke Padang untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana, ia bergabung dengan Persatuan Islam (Persis) dan mulai terlibat dalam aktivitas organisasi Islam. Pada tahun 1927, ia pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studinya di sekolah tinggi Islam, Madrasah Diniyah Putri.

Setelah lulus dari sekolah tersebut, Buya Hamka mengajar di beberapa sekolah Islam di Jakarta dan sekitarnya. Ia juga mulai menulis dan menerbitkan buku-buku agama Islam. Pada tahun 1938, ia menulis tafsir Al-Quran yang terkenal dengan judul “Tafsir Al-Azhar”, yang kemudian menjadi salah satu karya terbesarnya.

Selain aktif di bidang keagamaan, Buya Hamka juga aktif dalam bidang sastra dan politik. Ia menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi, termasuk novel terkenal “Di Bawah Lindungan Ka’bah” dan “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”. Karya-karyanya sering kali menampilkan nilai-nilai Islam dan keindahan budaya Minangkabau.

Pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang di Indonesia, Buya Hamka aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat, badan legislatif Indonesia pada masa itu.

Selain aktif dalam kegiatan politik, Buya Hamka juga aktif dalam bidang pendidikan. Ia mendirikan beberapa lembaga pendidikan Islam, termasuk Universitas Islam Jakarta dan Universitas Islam Bandung.

Buya Hamka meninggal dunia pada 24 Juli 1981 di Jakarta, namun karyanya tetap dikenang dan dihormati oleh banyak orang. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di Indonesia dan luar negeri.

Setelah wafatnya Buya Hamka, warisan intelektualnya terus diperjuangkan oleh keluarga dan para pengikutnya. Beberapa buku kumpulan tulisannya diterbitkan, termasuk “Muhammad Al-Fatih”, “Pemikiran Islam”, dan “Memperbaiki Manusia”. Banyak universitas di Indonesia yang memiliki program studi Islam atau studi keagamaan Islam yang meneliti karya-karya Buya Hamka.

Kehidupan pribadi Buya Hamka juga menarik untuk diketahui. Ia menikah dengan Siti Rahimah, putri dari sahabat karibnya, Abdul Karim Amrullah (Buya Hamka menamai anak pertamanya dengan nama Abdul Karim Amrullah). Mereka memiliki lima anak, tiga putra dan dua putri.

Buya Hamka dikenal sebagai sosok yang rendah hati, tegas dalam pendiriannya, dan penuh kasih sayang terhadap sesama. Ia banyak memberikan nasehat dan ceramah kepada orang-orang yang datang kepadanya, dan menjadi panutan bagi banyak orang.

Di Indonesia, Buya Hamka dihormati sebagai tokoh Islam dan penulis yang produktif. Banyak jalan dan institusi pendidikan yang diberi namanya, seperti Jalan Buya Hamka di Jakarta dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (sebelumnya bernama Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah) yang memiliki pusat studi Buya Hamka.

Karya-karya Buya Hamka yang menginspirasi dan mencerahkan tentang Islam, sejarah, dan budaya Indonesia, masih terus dibaca dan diteliti hingga saat ini. Ia merupakan sosok yang memberikan sumbangsih besar bagi perkembangan agama dan budaya Indonesia, dan dianggap sebagai salah satu tokoh terbesar di dalam sejarah Indonesia.

Beberapa karya terkenal Buya Hamka yang telah mencapai status klasik adalah:

  1. Tafsir Al-Azhar: merupakan tafsir Al-Quran karya Buya Hamka yang menjadi salah satu karya terbesarnya. Dalam tafsir ini, Buya Hamka memberikan penjelasan dan interpretasi tentang ayat-ayat Al-Quran secara mendalam.
  2. Di Bawah Lindungan Ka’bah: merupakan novel yang dianggap sebagai karya sastra terbesar Buya Hamka. Novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Minangkabau pada masa lalu, termasuk tentang perjuangan seorang pemuda dalam mengejar cinta dan cita-citanya.
  3. Tenggelamnya Kapal van der Wijck: merupakan novel yang juga sangat terkenal dan dianggap sebagai karya sastra terbaik Buya Hamka. Novel ini menceritakan tentang seorang pemuda Minangkabau yang jatuh cinta pada seorang gadis keturunan Belanda dan menghadapi banyak rintangan dalam usahanya untuk mendapatkan cinta sang gadis.
  4. Sejarah Umat Islam: merupakan buku sejarah yang berisi tentang perjalanan umat Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa Buya Hamka. Buku ini menjadi rujukan penting bagi banyak orang yang ingin mempelajari sejarah Islam.
  5. Perjalanan Hidup: merupakan otobiografi Buya Hamka yang menceritakan tentang kehidupannya sejak kecil hingga menjadi tokoh terkenal di Indonesia. Buku ini memberikan gambaran yang jelas tentang latar belakang dan perjalanan hidup Buya Hamka.

Buya Hamka juga menulis banyak buku-buku agama Islam lainnya, seperti kumpulan khutbah, ceramah, dan tulisan-tulisannya tentang Islam dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karya-karyanya mencakup berbagai topik, seperti akhlak, etika, dan filsafat Islam, sejarah Islam, dan sosial-politik Islam.

Selain itu, Buya Hamka juga menulis puisi, seperti dalam kumpulan puisinya yang terkenal, “Dari Perbendaharaan Lama”. Banyak puisi-puisinya yang berisi tentang keindahan alam, kecintaan pada tanah air, dan nilai-nilai agama.

Karya-karya Buya Hamka tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, dan nilai-nilai yang diusungnya tentang agama, budaya, dan kemanusiaan masih relevan hingga saat ini.

Selain karya-karya sastra dan agama, Buya Hamka juga aktif dalam bidang politik. Ia terlibat dalam gerakan kemerdekaan Indonesia dan bergabung dengan Partai Masyumi. Setelah Indonesia merdeka, Buya Hamka menjabat sebagai anggota Dewan Konstituante dan kemudian sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pada masa orde baru, Buya Hamka sempat mengalami penindasan dari pemerintah karena dianggap sebagai pengkritik keras rezim tersebut. Namun, setelah reformasi, penghargaan dan apresiasi atas karya-karya Buya Hamka semakin meningkat.

Pada tanggal 17 Juli 1981, Buya Hamka wafat di Jakarta pada usia 72 tahun. Kehilangan ini sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terutama para penggemarnya yang menghargai warisan intelektual dan kepemimpinannya.

Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, pada tahun 1984 pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Buya Hamka. Penghargaan ini menjadi bukti nyata bahwa jasa-jasanya dalam dunia sastra, agama, dan politik sangat dihargai oleh masyarakat Indonesia.

Demikianlah biografi lengkap tentang Buya Hamka, sosok yang dianggap sebagai salah satu tokoh besar Indonesia dan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Karya-karyanya yang beragam dan kompleks, serta perjuangannya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat dan negara, telah memberikan sumbangsih besar bagi kemajuan Indonesia dan umat manusia secara umum.

Karya-karya Buya Hamka masih banyak dibaca dan menjadi referensi hingga saat ini. Pada tahun 2019, penerbit Lentera Hati merilis ulang novel Di Bawah Lindungan Ka’bah dengan edisi yang diperbaharui dan disesuaikan dengan ejaan yang benar.

Selain itu, karya-karya Buya Hamka juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Inggris, Arab, dan Jepang. Hal ini membuktikan bahwa karya-karya Buya Hamka memiliki nilai universal dan masih relevan hingga saat ini.

Di Indonesia, nama Buya Hamka juga diabadikan dalam berbagai nama jalan, gedung, dan lembaga pendidikan. Salah satunya adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang awalnya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Nama Buya Hamka diabadikan sebagai penghormatan atas kontribusinya dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

Selain itu, di Sumatera Barat, kampung halaman Buya Hamka di Sungai Batang, Agam juga dijadikan sebagai obyek wisata dengan nama Kampung Buya Hamka. Kampung ini menjadi tempat wisata yang populer di Sumatera Barat karena keindahan alamnya dan warisan budaya Minangkabau yang masih dijaga dengan baik.

Demikianlah, karya dan pengaruh Buya Hamka masih sangat dirasakan hingga saat ini. Melalui karya-karyanya yang beragam, ia telah memberikan sumbangsih yang besar bagi dunia sastra, agama, dan politik, serta memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak orang.

Tidak hanya di Indonesia, karya-karya Buya Hamka juga telah diakui di berbagai negara lainnya. Pada tahun 1970, ia diundang untuk memberikan kuliah umum di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Hal ini membuktikan bahwa karya-karya Buya Hamka juga dihargai di dunia Islam secara global.

Selain itu, di Malaysia, karya-karya Buya Hamka juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan banyak dibaca oleh masyarakat setempat. Ia juga dihormati sebagai salah satu tokoh besar dalam dunia sastra dan agama di negara itu.

Selama hidupnya, Buya Hamka juga dikenal sebagai sosok yang sangat rendah hati dan peduli dengan masyarakat sekitarnya. Ia sering memberikan bantuan dan nasihat kepada orang-orang yang membutuhkan, serta mengajarkan nilai-nilai agama dan kebaikan kepada masyarakat.

Kehidupan dan karya-karya Buya Hamka telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak orang, terutama dalam hal memperjuangkan kebenaran dan keadilan, serta memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh besar Indonesia yang tidak hanya meninggalkan warisan intelektual, tetapi juga warisan moral dan spiritual yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dan umat manusia secara umum. Dari biografi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Buya Hamka adalah seorang intelektual, ulama, dan penulis yang berpengaruh di Indonesia. Ia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap agama Islam dan bangsa Indonesia, serta memperjuangkan kebenaran dan keadilan melalui karya-karyanya. Karya-karya Buya Hamka, seperti Tafsir Al-Azhar, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan lainnya, masih menjadi referensi dan bahan kajian bagi para pembaca dan penggiat sastra hingga saat ini. Ia juga dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan peduli terhadap masyarakat sekitarnya. Kehidupan dan karya-karya Buya Hamka telah memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak orang, serta memberikan warisan intelektual, moral, dan spiritual yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dan umat manusia secara umum.

Demikianlah, biografi Buya Hamka yang telah KawalNews jelaskan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda untuk mengenal lebih dalam tentang kehidupan dan karya-karya beliau. Buya Hamka merupakan salah satu tokoh besar di Indonesia yang layak dihormati dan dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.